Gua Pancur Kayen Pati

Posted on 25 Juni 2010 oleh

3


Gua Pancur merupakan sebuah gua di kawasan katuan kapur (karst) yang mempunyai lorong sepanjang lebih kurang 7.356 meter (7 km). Dan sebagaimana lazimnya gua-gua yang terbentuk secara alami di balik perut Pegunungan Kapur Kapur Utara, gua ini dipenuhi oleh bebatuan stalaktit dan stalakmit, tentu menjadi daya tarik tersendiri.

Di dalam gua terdapat aliran sungai dengan air yang mengalir keluar dengan kedalaman sebatas pinggul orang dewasa, merupakan mata air yang berasal dari ujung gua paling dalam, dan tak pernah kering, meskipun musim kemarau panjang. Debit air yang keluar dai mulut gua lebih kurang 40 liter/detik.

Beberapa daya tarik lainnya, aliran sungai dalam gua tersebut juga terdapat beberapa jenis ikan besar maupun kecil,yang tak pernah bisa dipancing.

Di dalam gua ini terdapat batuan kapur yang bentuknya patung mirip seekor kuda yang oleh warga setempat diberi nama sebagai watu jaran (batu kuda).

Di luar gua dibangun sebuah danau buatan yang sekaligus dapat digunakan sebagai kolam pemancingan. Danau buatan ini menampung air yang keluar dari dalam gua untuk selanjutnya dialirkan menuju sawah dan perkampungan warga setempat. Di atas danau terdapat sebuah rumah makan.

Kondisi terkini. Beberapa tahun lalu objek wisata ini pernah dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Pati bekerja sama dengan pihak PDAM Kabupaten Pati. Pada tahun 2004, Pemkab Pati juga menjalin kerja sama dengan H Amir, seorang petani tambak bandeng air tamar, warga Desa Talun, Kayen.


Kondisi Gua Pancur saat ini

Sebulan yang lalu ketika saya jeng-jeng (jalan-jalan) ke sana semuanya telah berubah 180 derajat. Sarana dan prasarana yang telah ada semakin tidak terawat. Lingkungan batu karst di sekitar guapun ikut rusak parah akibat penambangan phospat liar yang terjadi sekitar pertengahan 2008.  Di muka mulut gua yang seharusnya sudah tumbuh sekumpulan pohon yang tahun 1995 dulu ditanam oleh Gubernur Jawa Tengah, Ketua Kwartir Daerah  Gerakan Pramuka Provinsi Jawa Tengah dan Bupati Pati saat itupun tidak berbekas sama sekali. Apalagi pohon yang ditanam oleh para (sekedar) Pramuka peserta Raimuna Daerah. Dan anehnya, tidak ada satu pihakpun yang merasa ‘dirugikan’.

Sumber: Alamendah’s Blog

Posted in: Alam, Wisata